jika aku menjadi...



kamu adalah sebaik apa yang kamu rencanakan….
Pepatah yang banyak mengilhami dan banyak memberikan pengaruh positif dalam tiap langkah yang kuanggap tangga setapak menuju hari esok yang lebih cerah lebih baik dan tentu lebih bermartabat.
Seingatku membuat perancanaan masa depan dan hari esok tak pernah lepas dari segala aktifitasku. Perencanaan yang sedikit komplit, perencanaan yang tidak sedikit meminta konsentrasi yang tinggi ala intelektual muda dan membakar banyak uang dalam batangan rokok ala professor akademisi.
Suatu malam dalam susuana pondokan plato yang sedikitpun tidak mencerminkan tempat aktifitas seorang platonis tetapi mungkin sudah lebih dari hasil plato yaitu kebahagiaan. Canda dan tawa kuanggap sebagai indikasi akan suasana yang harmonis itu melalui permainan joker yang dilakoni oleh adik-adikku di pondokan plato yang mungkin menjadi ikatan emosional persaudaran di hari esok amien….
Dalam keharubiruanku sebagai penonton dengan ciri khas dan karakter keras dengan komentar dan kritikan keras, pedas, pedis dan sedikit humoris hpku bergetar, bernyanyi dan memanggilku kembali dari lamunan panjang ke realitas hari ini “asslamu alaikum” prolog terindah dan doa yang membasahi bibir manisku sesaat ketika tombol hijau kepencet di hpku, dari kecanggihan teknologi kudengar suara balasan doa dari tempat sang pemilik suara berpijak “teman laskar kecil” sahabatku yang paling kukagumi mengajakku ke tempat dimana persoalan bisa dibahas dengan santai bahkan mungkin persoalan itu akan melayang menguap ke udara seiring dengan aroma kopi hitam telah menutupi kedua indra penciuman kita yang menjadi sajian wajib pada tiap kedai yang sering diistilahkan dengan “kafe baca”.
Tanpa pikir panjang kusiapkan motor tua yang baru saja dihadiahkan mama kepadaku sebagai kompensasi atas profesiku sebagai pengirim barang-barang dagangangnya di seberang sana di Morowali. Jaket hitam milik teman, dan kecupan dinda manisku yang memakaikannya kepadaku yang sekaligus menjadi penutup semua persiapan itu, tak lama kemudian hpku tuk kali kedua kembali bernyayi kulihat tertulis nama adik sepupuku “lovely dinda” memanggil “jemputka’ sekarang di kampus penting sekali”nyanyinya…dengan sedikit bingung kubalas dengan kata yang mungkin tidak aku pahami implikasi beberapa menit kemudian “ok mi”.
Jaket ala cangcuter, motor yang pernah menjadi idola anak muda melaju dengan kecepatan 80-90km/jam di bawah kendali joki dengan obsesi menjadi seperti valentine Rossi” brek anak jalanan” melaju dengan satu tujuan sampai di tujuan dengan selamat…
Hpku kembali bernyanyi bak milik pejabat negeri ini yang sibuk mengorupsi uang rakyatnya tanpa pernah merasa bersalah karena bagi mereka persoalan moral sangat relative dimana baik buruknya dinilai dari kepentingan pribadi kembali “lovely dinda” memanggil….dimanamiki sekarang, terlambatma..tunggama saya tancap gas kesana balasku dengan sedikit ragu. Ndak usami terlambatma juga pulangmi dosenku..janganmi…sudahmi…mo’jo’mo juga..
Kemudian saya sadar betapa kita manusia terlalu kecil untuk memuaskan semua orang meskipun orang yang kita sangat sayangi. Betapa dalam hati kecilku mengutuk diriku yang tak mampu memenuhi keinginan adik kecilku,terasa sakit ditolak ketika saya mencoba memberi apa yang saya anggap mampu saya milliki, dan betapa kuhaus membahagiakan orang yang sangat aku sayangi(“).
Kalau mau jujur obsesi tertinggi yang kumiliki adalah belajar untuk menjadi manusia yang paling bermamfaat tuk manusia dan bekerja tuk kebahagian manusia. Tetapi betapa sering obsesi itu menjauh berganti oleh egosentrisku yang kemudian diikuti argument pembenaran bahwa brek juga manusia biasa yang akan selalu bersalah kerana ketidak mampuanku membahagiakan orang yang paling saya sayangi sekali pun kepada mama dan keluarga-keluarga yang lain.
Seandainya setiap waktu dari manusia yang pernah kukenal bisa kecuri barang sesaat maka “mohon maaf tas segala kekuranganku” adalah kata pamungkasku…dari hati yang terdalam.

Bersambung…..ke permohonan-permohonan maaf lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar